Ini pertanyaan yang mudah, tetapi sulit dijawab. Mengapa? Karena penyebab anak malas sangat banyak faktor. Mari kita bahas satu per satu :
1. Tidak punya tujuan: Anak tidak mengerti dengan benar tujuan mereka belajar di sekolah, pokok sekolah itu penting untuk masa depan kamu. Tapi masa depan seperti apa? Ketika anak tidak jelas tentang itu, dia tidak akan termotivasi saat belajar di sekolah.
2. Lingkungan di rumah: Di rumah, anak tidak memiliki suasana belajar yang nyaman. Kalau belajar di kamar, ada ranjang mendingan tidur. Kalau belajar di ruang tamu, mendingan nonton. Kalau belajar di dapur, jadi pengen ngemil. Zona belajar sama seperti zona bekerja bagi orang dewasa. Ketika berada di zona itu, mood dan ide-ide kita bisa mengalir sendiri. Zona belajar juga membantu anak menjadi lebih konsentrasi dengan belajar.
3. Over study: Anak sudah full belajar di sekolah. Sepulang sekolah, anak lanjut les. Sampai di rumah sudah malam, masih di suruh belajar? Kalau orang dewasa sudah bekerja seharian dan sepulang ke rumah masih di kasih kerjaan apakah mau? Kalau lembur biasanya ada reward lho. Kalau belajarnya lembur ada reward gak buat anak? Sebagian orangtua akan membantah, itu kan tanggungjawab anak. Sebaliknya, kalau orangtua disuruh kerja lembur tetapi tidak ada rewardnya mau gak? Hehe…
4. Kurang perhatian: Selama bergelut di dunia konseling, saya banyak bertemu kasus anak yang punya masalah di sekolah (prestasi jelek, berantem, bolos) dikarenakan kurang mendapat perhatian dari orangtua. Perhatian yang saya maksud adalah kasih sayang. Dan parahnya ini bahkan tidak disadari oleh anak lho. Ini adalah bentuk defense mechanism (mekanisme pertahanan diri) yang diciptakan oleh anak itu. Beberapa kasus yang saya dapatkan, ketika anak bermasalah biasanya orangtua dipanggil, ketika itu juga dia bisa bertemu dengan orangtuanya ditegur, dinasehati, dan tanpa disadari teguran dan nasehat itu dimaknai sebagai ‘kasih sayang’ bagi si anak.
5. Punya hambatan diri: Anak tanpa sadar membuat persepsi yang menghambat dirinya tentang pelajaran tertentu. Pak Agus pernah membantu seorang anak perempuan yang punya kesulitan pelajaran fisika. Anehnya, nilai ujian matematika dan kimia anak ini selalu di atas 80, untuk nilai fisika tidak pernah lulus kkm. Setelah dicari tahu penyebabnya, ternyata anak ini pernah salah mengerjakan soal dan dibilang sama gurunya seperti ini, “kamu itu anak perempuan, perempuan itu memang nggak bisa ngerjain soal fisika”. Dan kata-kata itu menjadi program dalam diri anak. Setelah pak Agus bantu apa yang terjadi, nilai fisikanya meningkat derasits. Anak punya hambatan yang membuatnya malas untuk belajar. Hambatan ini harus dibereskan.
6. Tidak punya strategi belajar: Anak hanya belajar tetapi tidak tahu cara belajar, bagaimana strategi dalam belajar, bagaimana strategi mengerjakan soal ujian. Ini akhirnya membuat anak malas untuk melakukan apa-apa. Sama halnya dengan orang dewasa yang diberikan target tetapi tidak pernah diajarkan bagaimana mencapai target tersebut.
7. Mencari nikmat menghindari sengsara: Pada dasarnya manusia punya default system mencari nikmat menghindari sengsara. Bermain dianggap sebagai hal yang menyenangkan, sedangkan belajar karena beberapa hal yang saya jelaskan di atas dianggap menjadi hal yang tidak menyenangkan alias ‘sengsara’. Jadi kalau disuruh pilih mau belajar atau main, maunya bermain. Untuk mengatasi ini, anak harus bisa fokus pada kenikmatan yang lebih besar. Bukan kenikmataan sesaat.
No comments:
Post a Comment