Selain setiap manusia memiliki potensi-potensi diri yang positif, setiap manusia juga memiliki potensi diri yang negatif yang tentu saja perlu dihilangkan, agar dapat mencapai kesuksesan hidup serta mampu menorehkan prestasi-prestasi yang layak diandalkan. Beberapa potensi-potensi negatif ini di antaranya :
1. Mudah diadu domba
Semua kelebihan yang dimiliki dapat hilang percuma jika seseorang masih mudah diadu domba. Dalam berbagai aspek kehidupan hendaknya harus berhati-hati karena seseorang bisa diadu domba atau bahkan mungkin tergoda untuk menjadi pelakunya. Hal ini arus dihindari, karena sangat merugikan diri sendiri.
2. Kurang berhati-hati
Pepatah “biar lambat asal selamat” memang bisa diganti dengan “biar cepat tapi selamat”, tetapi tetap harus waspada dan berhati-hati. Mengapa demikian? Oleh karena kita sering terburu-buru tanpa memperhatikan resiko lainnya asalkan tujuan tercapai. Akibatnya memang tujuan tercapai tetapi ada resiko besar yang didapatkan.
3. Emosional
Emosional merupakan suatu keadaan perasaan atau kondisi kejiwaan yang sedang labil sehingga dapat mengganggu hubungan dengan orang lainnya. Biasanya muncul pada saat keadaan tidak normal, sehingga individu yang sedang emosional kurang bisa mengendalikan diri. Dia bisa marah, berteriak ataupun menangis. Sebenarnya semua aktivitas tadi boleh saja dilakukan asalkan tetap terkendali dan tidak mengganggu orang lain.
Potensi diri yang positif adalah jika kita tidak mudah emosional yaitu kita memiliki kecerdasan emosi (emotional quotient) yang baik.
4. Kurang percaya diri
Banyak dari generasi muda yang belum mengerjakan sesuatu sudah menyerah dengan mengatakan tidak mampu melaksanakannya. Jadi generasi muda menyerah atau kalah sebelum bertanding. Sebenarnya ada kemampuan tetapi karena kurang percaya diri menjadi tidak mau melakukan sesuatu. Sungguh disayangkan karena kesempatan emas menjadi hilang. Hal ini berarti harga diri (self esteem) mereka adalah negatif karena cenderung merasa bahwa dirinya tidak mampu dan tidak berharga. Potensi diri yang positif adalah jika kita memiliki rasa percaya diri yang besar. Ciri-ciri individu yang kurang percaya diri :
a. Berusaha menunjukkan sikap konformis, semata-mata demi mendapatkan pengakuan dan penerimaan kelompok,
b. Menyimpan rasa takut /kekhawatiran terhadap penolakan,
c. Sulit menerima realita diri (terutama dalam menerima kekurangan diri) dan memandang rendah kemampuan diri sendiri-namun di lain pihak memasang harapan yang tidak realistik terhadap diri sendiri,
d. Pesimis, mudah menilai segala sesuatu dari sisi negatif,
e. Takut gagal, sehingga menghindari segala resiko dan tidak berani memasang target untuk berhasil,
f. Cenderung menolak pujian yang ditujukan secara tulus (karena undervalue diri sendiri),
g. Selalu menempatkan/memposisikan diri sebagai yang terakhir, karena menilai dirinya tidak mampu,
h. Mempunyai external locus of control(mudah menyerah pada nasib, sangat bergantung pada keadaan dan pengakuan/penerimaan serta bantuan orang lain).
5. Kurang mempunyai motivasi
Manusia bukanlah benda mati yang bergerak hanya bila ada daya dari luar yang mendorongnya, melainkan makhluk yang mempunyai daya dalam dirinya untuk bergerak. Inilah yang dinamakan motivasi. Sehingga motivasi sering disebut penggerak perilaku (the energizer of behaviour).
Motivasi adalah bidang yang amat sering dipelajari oleh para psikolog karena pengetahuan akan determinan perilaku ini akan banyak membantu dalam meramalkan dan mengendalikan dampak dari suatu keadaan tertentu terhadap kehidupan manusia. Ini berhubungan dengan prestasi diri sebagai suatu perilaku yang muncul karena potensi diri yang ada dengan didorong motivasi yang kuat. Motivasi adalah dorongan baik yang berasal dari dalam diri seseorang maupun yang berasal dari luar diri seseorang tersebut, misalnya dari keluarga, sekolah maupun lingkungan masyarakat. Adanya motivasi akan mempercepat tercapainya tujuan untuk berprestasi.
Oleh karena itu kita harus punya motivasi supaya kebutuhan hidup terpenuhi, mulai dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi sebagaimana dikemukakan oleh Abraham H Maslow, yaitu dari kebutuhan fisiologis dasar, kebutuhan rasa aman, kebutuhan untuk dicintai dan disayangi, kebutuhan untuk dihargai dan paling tinggi kebutuhan aktualisasi diri yang berupa kesempatan dan kebebasan untuk mewujudkan cita-cita sesuai kemampuan yang dimiliki setiap individu.
Hubungan antara potensi diri dengan prestasi diri sangat erat, karena untuk berprestasi seseorang harus mengenali terlebih dahulu potensi yang ada dalam dirinya. Potensi diri yang negatif harus dihilangkan, sebaliknya potensi yang positif harus dimunculkan. Jadi kita seharusnya memaksimalkan potensi atau kekuatan dan sekaligus meminimalkan pengaruh kelemahan kita.
Menurut Andri Wongso, caranya : Pertama berkomitmen untuk menghilangkan kelemahan-kelemahan tersebut, ke dua melakukan usaha yang sungguh-sungguh untk menghentikan pengaruhnya setiap kali kelemahan diri tersebut muncul dan ke tiga menumbuhkan kebiasaan-kebiasaan baru yang mendorong mencuatnya potensi kita, dan pada saat bersamaan membenamkan kelemahan-kelemahan kita.
Dan ke tiganya ini harus dimulai sekarang juga karena tindakan adalah kekuatan. Orang yang punya potensi disebut juga dengan manusia unggul terlebih jika dia dapat mewujudkan potensinya dengan baik, akan tetapi jangan sampai menjadi sombong.
Ciri-ciri manusia unggul adalah :
1. Memiliki keimanan yang utuh.
2. Melaksanakan amal ibadah
3. Memiliki akhlak mulia, yang terdiri dari amanah, ikhlas, tekun, berdisiplin, bersyukur, sabar, dan adil.
Ke tiga hal ini akan semakin lengkap jika didukung oleh hal-hal positifyang dimiliki oleh seseorang. Prestasi diri seseorang akan semakin bermakna jika dilandasi oleh keimanan yang kuat terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Mereka berprestasi bukan semata kepentingan pribadi tetapi demi kepentingan yang lebih luas lagi untuk kepentingan nusa, bangsa dan negara.
No comments:
Post a Comment